Home / Tag Archives: Politik

Tag Archives: Politik

Jonson Sihaloho : Politik Yes, Primordialisme Politik Buta No

Matanews.id, Medan – Persoalan politik akan selalu menjadi sesuatu yang hangat, apalagi menatap pemilihan langsung legislatif dan presiden pada pemilu 2024.

Berbagai tahapan demi tahapan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah mulai dilakukan. Untuk itu, masyarakat sebagai penentu di dalam pemilu yang akan datang harus bisa cerdas dan melek terhadap politik.

Pasalnya, masih banyak masyarakat sebagai pemilih hanya sekedar menjadi komoditas politik semata. ” Saya berpikir pada pemilu 2024 ada kenaikan signifikan terhadap pendidikan politik kepada pemilih dengan demikian masyarakat dalam menentukan pilihan berdasarkan visi dan misi serta program yang ditawarkan. Plus pengetahuan secara penuh terhadap sosok yang akan dipilih sehingga pilihan berdasarkan hati nurani,” ujar Ketua PW Pemuda Muslimin Indonesia (PMI) Sumut Jonson Sihaloho, SHi, paca acara Ngobrol politik (Ngopi), di Genk Coffe, jalan Medan Area, Sabtu (6/8).

Menurut Jonson Sihaloho, ummat Islam khususnya, harus bisa memahami pentingnya politik dalam berbangsa dan bernegara. Sebab, tanpa ikut serta dalam politik maka dipastikan orang lain yang akan mengambil kekuasaan. ” Untuk itu kita harus mengatakan politik yes, Primordialisme buta no” ujarnya.

Masyarakat menurut Jonson Sihaloho yang juga merupakan politisi PPP Sumut ini harus bisa mendapatkan informasi yang jelas terhadap pilihannya termasuk apa program yang ditawarkan kepada masyarakat. Jangan sekedar terjebak dengan simbol, ataupun rasa kesukuan ataupun kelompok yang mengakibatkan setelah terpilih nantinya sang calon akan melupakan selama 5 tahun ke depan.

Hal senada juga disampaikan pemateri Dr.Suasana Nikmat Ginting, MS bahwa jangan membiarkan ada oknum-oknum yang mengatasnamakan agama atau kesukuan hanya menunggangi masyarakat untuk kepentingan nafsunya merebut kekuasaan. Setelah dipilih maka dia tidak perduli dengan masyarakat yang mendukungnya.

Selain itu menurutnya, penyelengara pemilu baik KPU, Bawaslu dan pemerintah mampu memberikan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat sehingga kualitas pemilu akan semakin lebih baik lagi.

“Perlu bekerjasama dengan organisasi kepemudaan, seperti, Pemuda Muslimin Indonesia yang melakukan diskusi dalam kerangka mensosialisasikan pemilu dan mencerdaskan masyarakat pemilih,” ujar Ginting.

Baginya, semua pihak harus bisa bertanggungjawab agar pemilu bisa melahirkan pemimpin yang mampu membawa perubahan yang lebih baik.

Sedangkan pemateri lainnya, Dr. Ansari Yamamah melihat Primordialisme sesungguhnya memiliki sisi positif dalam berbangsa dan bernegara. Dan itu merupakan bagian yang inheren dalam diri manusia.

Tetapi, diakui oleh Ansari Yamamah, kalau Primordialisme politik digunakan oleh orang yang tidak bertanggungjawab maka, bisa menjadi kerawanan dalam pemilu. Bahkan bisa melahirkan konflik antar suku ataupun antar agama.

“Ini yang harus diantisipasi oleh semua pihak, jangan sampai merusak keragaman dan kedamaian yang sudah tercipta di NKRI ini,” ujarnya. (Ozy)

Sebagai Penyeimbang, Demokrat dan PKS Diminta Tetap Oposisi

Matanews.id, JAKARTA – Partai koalisi pendukung pemerintah kini semakin gemuk dengan masuknya Partai Amanat Nasional (PAN). Masuknya partai yang dikomandoi Zulkifli Hasan itu ke barisan pemerintah membuat partai oposisi di parlemen tinggal secuil; Demokrat dan PKS.

PAN sebenarnya bukan partai baru di koalisi pemerintahan Jokowi. PAN pernah bergabung pada periode pertama Jokowi dan mendapatkan 1 kursi menteri. Namun, pada saat menjelang pilpres 2019, PAN memilih mendukung Prabowo-Sandi.

Dengan masuknya PAN ke koalisi pendukung pemerintah, praktis tinggal Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang berada di luar koalisi pendukung pemerintah alias oposisi. Otomatis, partai oposisi yang selama ini sudah minoritas, suaranya di parlemen semakin tergerus. Tersisa hanya 104 kursi lagi. Demokrat 54 kursi, PKS 50 kursi.

Sementara partai pendukung pemerintah ada 471 kursi. Dari total 575 kursi yang ada di DPR. Terdiri dari PDIP 128 kursi, Golkar 85 kursi, Gerindra 78 kursi, NasDem 59 kursi, PKB 58 kursi, PPP 19 kursi dan tambahan kursi baru dari PAN 44 kursi.

Dari sisi kekuatan di parlemen, jelas partai oposisi bukan lagi saingan sepadan. Tapi mereka bisa jadi ancaman. Karena sikap partai oposisi yang konsisten kritis terhadap pemerintah, justru didengar masyarakat dan menuai simpati.

Direktur Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie mengungkapkan, sejatinya PAN sudah tepat berada pada jalur oposisi bersama dengan Demokrat dan PKS. “Tapi mereka lebih memilih dekat dengan kekuasaan ketimbang berlawanan dengan koalisi Pemerintah. Saya menduga ini gara-gara kursi di kabinet, jadi apapun itu ya dilakukan oleh PAN. Memang saat ini PAN jauh berbeda dengan era Ketum Hatta Radjasa bahkan Amien Rais,” kata Jerry, Sabtu (28/8/2021) di Jakarta.

Alasanya menurut Jerry, Zulhas sebagai Ketua Umum PAN, pernah duduk diposisi menteri. Ia menilai Zulhas canggung karena tak duduk di kabinet. “Sejak Zulhas jadi Ketum mereka maunya bermain politik “safety”. Kalau PAN masih dikendalikan Amien Rais maka akan sulit bagi PAN untuk koalisi ke pemerintahan Jokowi,” tandasnya.

Untuk itu, Ia tetap mendorong, agar Demokrat dan PKS tetap menjadi partai kritis. “Buktinya Demokrat sudah menyalip partai Golkar dalam hasil berbagai lembaga survei baru-baru ini. Kalau tak ada oposis maka demokrasi hanya jalan di tempat, selanjutnya kebijakan tak pro rakyat tak ada yang menghadang,” pungkasnya. (Red)

Fahri Hamzah: Debat Capres Kedua, Harus Ungkap Siapa Mereka Sebenarnya

Matanews.id – Jakarta, 16/02/2019 – Debat kedua Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 akan berlangsung pada Minggu (17/2/2019) besok. Pada debat kedua ini, peserta adalah calon presiden (capres) dari kedua kubu dan akan diselenggarakan di Hotel Sultan, Jakarta.

Menanggapi debat besok tersebut, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah saat dihubungi wartawan, Sabtu 16/2/2019) menyatakan kalau rakyat Indonesia, mengharapkan perdebatan capres putaran ke dua besok, akan mengoreksi kesalahan pada debat pertama.

“Menurut saya, debat pertama terlalu mekanistik, monoton dan bahkan palsu. Karena semua sudah dibocorkan. Soal dibocorkan, jawaban kemudian disusun dengan alternatif yang ada oleh staf calon masing-masing. Sehingga tidak bisa dihindari dalam sidang atau debat, para pendebat itu (capres dan cawapres) akhirnya melihat dan menggunakan contekan,” katanya.

Dirinya mengusulkan untuk debat ke dua besok, tidak ada lagi podiumnya, dan kandidat berdebat secara terbuka dengan tidak membawa teks. Setiap pernyataan mereka bisa dikonfrontir dan saling mengkonfrontasi.

“Sehingga rakyat akan mengetahui, siapa sebenarnya yang mempunyai ide dan pikiran dalam debat, dan siapa yang sebenarnya sangat tergantung pada contekan dan tulisan para staffnya,” ujar politisi dari PKS itu.

Sebab menurut Fahri, bangsa ini memerlukan capres yang independen, yang punya pikiran sendiri, bukan pemikiran dari staf kandidat atau contekan.

“Karena itu, debat besok harus mengungkap siapa mereka sebenarnya,” pungkasnya.

Debat capres kedua besok mengangkat tema energi dan pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta infrastruktur. Debat kali ini akan dipandu moderator Tommy Tjokro dan Anisha Dasuki. (Red)